Monday, March 28, 2016

Besokkah?

Gemetar rasanya membayangkan hari itu
Taktik otakku tak berkutik
Kuat tenaga tak menyisa
Rintisan air mata terus menghanyut


Takut merajut tak berhenti
Ribuaan usaha seolah tertepis
Tak tahu angin apa yang membawa
Jauh... Jauh tak menyisa harap


Semua bergelut beracak-acak
Semua menakut berombak-ombak
Semua menyambung mengait-ait
Semua... Semua 


Puluhan insan bak pahlawan tanpa tanda jasa
Ribuan lembaran terbang menghilang
Jutaan rupiah pun meluruh 
Tak tahu lagi
Akankah itu berarti?


Aku turun 
Aku naik
Aku berkorban
Aku berlari mengejar
Aku mengetuk pintu ke pintu
Aku menyinggah
Aku mencoba berkali-kali
Aku berjuang
Aku mau berharap
Harapankah satu-satunya bertahan
Bertahan menyosong esok
Besokkah waktunya?
Besokkah?

Saturday, February 6, 2016

Dia... Pria itu...

Dia...
Pria itu..
Pria aneh yang...
Terlalu berani berurusan denganku
Terlalu cepat (mungkin) yakin denganku
Terlalu sabar (sangat) menghadapi tingkahku


Dia...
Pria itu...
Kokoh tubuhnya, teguh hatinya
Sejuk senyumnya, hangat pelukannya
Bulat tekadnya, utuh pemikirannya
Tulus niatnya, besar mimpinya


Dia...
Pria itu..
Taklah rupawan, namun hati tertahan
Taklah jutawan, namun hati ditawan
 
Dia...
Pria itu...
Aku suka bertanya padanya
Aku suka mendengar kisahnya
Sumber jawaban akan pertanyaan
Sumber semangat akan kerapuhan
Sumber kekuatan akan ketakutan
Sumber harapan akan kekuatiran
Sumber kepastian kan keraguan

Dia...
Pria itu...
Kakinya tegar di saat sukar
Tangannya teguh berdoa penuh
Hatinya lembut membuatku hanyut
Kepada pimpinan Sang Pemilik Cinta

Thursday, January 15, 2015

Menulislah

Setelah otak menyerah berpikir, emosi semakin labil, sore ini aku memutuskan segeralah menulis. Ditemani udara yang tergolong sejuk di kota ini, serta rintik-rintik hujan yang sedang membasahi bumi sore ini.

Ahhhh... Tak tahu rasanya ingin mulai dari mana, sudah terlalu banyak yang aku lewatkan. Butuh keberanian untuk mengakuinya kepada dunia, butuh ketegaran untuk melewatinya, butuh keteguhan untuk dapat menjalaninya. Sebuah perjalanan yang panjang, awal tahun yang berat. Semua mimpi seakan sirna, lenyap bersama kabar yang terus menghantuiku dan ribuan pertanyaan orang yang terus menghampiriku.

Ya, sebuah keputusan realistis yang diambil olehnya. Tak maksud hati menjustifikasi, apalagi menyalahkan. Aku pun bukan orang yang sedang dalam bagian kisah hidupnya (lagi). Keputusan yang harusnya jadi kabar sukacita bagiku menjadi penghancur mimpiku. Bagiku, dialah orang yang menginspirasiku mengejar mimpi tapi entah kenapa seakan hilang segala inspirasi karena keputusannya itu. Padahal dia tidak sedang berhenti mengejar mimpinya. Arrgggghh, aku pun harus realistis.

Realistis mengejar mimpi tanpanya, realistis menapaki hidup tanpanya, realistis kalau aku bukan siapa-siapa lagi atau bahkan tak pernah baginya. Doa dan harapanku tak pernah jauh darinya. Hanya mimpi ini tak akan lagi bersamanya. 

Friday, July 25, 2014

Anak Ajaib, Sekolah Ajaib

Charles Williams, seorang bidang pakar di bidang anak, mengatakan bahwa anak  yang berusia 2 tahun adalah majikan Anda, pada usia 10 tahun adalah budak Anda,  pada usia 15 tahun adalah kembaran Anda, dan setelah itu akan menjadi kawan Anda atau  musuh Anda, tergantung bagaimana Anda membesarkan dan mendidiknya. Pernyataan ini memperlihatkan betapa pentingnya peranan orang tua dalam tumbuh kembang anak mulai sejak  dini. Jangan sampai terjadi istilah nasi sudah menjadi bubur ataupun istilah penyelasan selalu datang terlambat.

Kali ini, hampir saja menjadi sebuah penyesalan. Untungnya, sebuah penyesalan yang belum terlambat namun menjadi sebuah pengalaman dan pelajaran berharga yang dialami seorang ibu dalam mendampingi anak di usia emas anak laki-lakinya.

Alyadh namanya, dari usia 7 bulan sudah mengikuti sekolah "baby school" di salah satu sekolah ternama di kota Medan. Suatu saat sampai di usianya 3 tahun tiba-tiba saja dia tak mau sekolah lagi. Setiap kali ibu dan ayahnya mengajaknya ke sekolah dia selalu tak mau dengan berbagai alasan, sampai-sampai sakit juga menjadi alasan dan dia benar-benar sampai jatuh sakit.

Awalnya kedua orang tuanya bingung, habis akal, tak mengerti apa dibalik ketidakinginian anaknya untuk kembali ke sekolah. Sampai suatu saat, setelah ia benar-benar tidak sekolah lagi, setelah beberapa lama dia mengakui bahwa dia takut sekolah,  dia sering dipaksa, diancam, dimarahi sampai dikurung di ruang perpustakaan sekolah. Dan dia pun bercerita tidak ingin sekolah lagi.

Akhirnya melalui cerita dari teman-temannya, ibu Alyadh pun mengenal Little 1  Academy. Hari pertama Alyadh masuk sekolah, menjadi murid baru responnya dia terkejut dengan sekolah barunya, karena lekat diingatannya sekolah adalah belajar bukan bermain. Apalagi denganku, dia merasa trauma karena nama dan perawakanku katanya mirip dengan guru yang telah menyakiti si "jenius" ini. Minggu-minggu awal sekolah dia selalu melihatku dengan wajah sinisnya, alisnya yang tebal dan likukan wajahnya begitu menghantuiku. Dia menyalamku, mengikuti instruksiku selalu dengan ala kadarnya, dengan ekspresi  wajahnya yang sangat khas bagiku. Namun tentu saja aku tak ingin menyerah, aku tak pernah bosan menyapanya, mengajaknya bermain, bercerita, menari dan bernyanyi. Mencoba terus menerus menarik perhatian si murib baru ini melalui proses bermain dan bereksplorasi di kelas.

Hari-hari pun berlalu, kira-kira sebulan kemudian. Ada sebuah perubahan terjadi. Setiap pagi dia mulai menyambutku dengan  sebuah senyuman tulus, menari dan bernyanyi dengan hati yang ceria, mengikuti aktivitas kelas dengan semangat. Apalagi kalau sudah mengikuti yang namanya senam chaki. Suatu kali ketika saya mengganti senam chaki dengan senam yang lain, dia pun bertanya padaku kenapa hari ini tidak ada senam chaki. Awalnhya saya kira dia akan marah dengan pejelasanku. Namun, pemikiranku meleset, ternyata dia senang dengan dance yang baru. Ternyata dia punya bakat dance pikirku dalam hati. Dan ketika saya menceritakan  pembicaraan kami tadi dengan ibunya ternyata jawaban ibunya lebih diluar dugaanku lagi. "Saya tidak  menyangka kalau anak saya ini punya bakat dance ataupun seni, karena pada saat ada lomba dance yang dilatih gurunya di sekolah sebelumnya dia tidak mau bergerak sama sekali", jawabnya. Sebuah keajaiban yang lahir dari sebuah ketidakpaksaan, sebuah penerimaan, sebuah kebebasan, sebuah cinta. Itulah yang menjadi kesimpulan pembicaraan kami dihari itu.

Tak terasa, waktu terus bergulir,  saya dan anak “ajaib” ini sudah sangat akrab, terlihat dari dia yang selalu bercerita tentang hal-hal baru yang dialaminya. Tak pernah dia segan bercerita dan mengadu denganku, bahkan ketika ada hal yang dia tidak suka denganku dia akan sampaikan dengan caranya yang  begitu tulus.

Sampai suatu saat ada lomba yang kami adakan untuk memeriahkan imlek ataupun tahun baru Cina. Kami mengadakan lomba fashion show untuk anak-anak Little 1 Academy Medan. Dan lagi-lagi benar-benar diluar dugaan Fayyadh mendapat juara 1 dari hampir 60 anak. Ternyata dia anak yang percaya diri, memiliki daya ingat yang tinggi bagaimana cara berjalan di catwalk yang saya ajarkan sehari sebelum hari-H. Dan satu lagi dia punya senyum yang tulus, penuh kebebasan, lepas dari ketakutan yang pernah membelunggunya tak tahu berapa lama.

Kini, di sekolah ini, Alyadh menjadi salah satu anak ajaib dari sekolah ajaib. Alyadh dan teman-temannya sudah bisa bercerita bersambung di depan kelas menirukan gaya berceritaku ataupun orang tua yang sudah pernah bergiliran bercerita di depan kelas. Sebuah sekolah ajaib, dengan penerimaan akan setiap anak unik dan berbeda, menggali potensi anak dengan cara yang mereka sukai, bermain yang memang adalah dunianya. Tanpa adanya paksaan, ancaman, ketakutan. Tetapi memberikan contoh, penerimaan, kepercayaan diri, dorongan dan sebuah cinta yang tak pernah pudar. Sekolah ajaib ini adalah sekolah luar biasa, diluar kebiasaan pada umumnya, sekolah yang bukan dipemikiran Alyadh pada awalnya,tapi sekolah yang menciptakan pemikiran baru bagi Alyadh, sebuah harapan baru. Sekolah ajaib  yang kini melahirkan anak-anak ajaib.

"Anak-anak adalah pesan hidup yang kita kirimkan untuk waktu yang kita tidak akan melihat." (John W. Whitehead)

S.T.R.O.N.G

Finally... Mari menulis lagi. Kalau dipikir-pikir ya, sebenarnya akhir-akhir ini aku itu lagi banyak banget punya waktu luang, secara lagi liburan tahun ajaran baru plus libur lebaran. Well, 6 bulan libur yang berat (ya berat dong ya, hidup di kota gede gak ada gaji :D).

First, pas buka nih akun, ternyata udah banyak banget entri yang ngantri belum terposting karena belum selesai nulisnya. Ada yang masih judulnya doang, ada yang idenya doang dan adanya setengah matang. Jadi malam ini aku harus selesaiin tulisan ini.

Second, ini dianya kisah liburan yang berat ini. Beratnya pake banget dan panjang lebarnya juga pake banget. Jadi langsung intinya aja ya, penyakit galauku kumat. Sadarnya waktu aku langsung bbm ke sahabat kalau aku lagi stress.

Kali ini tulisan ini gak akan membahas aku galau kenapa atau gimana, tapi apa yang aku pelajari. Sebuah pelajaran karakter yang semakin bertambah  di masa usia yang terus bertambah ini, ketika aku menghadapi masalah adalah apa yang aku pelajari dari setiap masalah yang rajin banget nyamperin hidup ini.

Bersyukur banget punya sahabat yang super wise (padahal karena aku ceritanya sama merka doang, jadi wise2 aja apa yang mereka bilang, gak ada yang lain soalnya :D). Selalu dapat saran singkat padat dan jelas karena via bbm doang. Minggu lalu dapat saran untuk get organize your self plus pas pagi-pagi keesokan harinya dapat sate tentang life organize juga. Langsung deh mulai dari organize buku-buku, barang-barang, jadwal, waktu sampe-sampe tv di rumah yang udah rusak berbulan-bulan langsung bagus di hari itu juga.

Minggu berikutnya di tingkat galau cukup tinggi ini, gak berani bilang puncak karena masalah kan gak akan habis. Kembali  mendapat sedikit kalimat singkat, padat dan jelas lagi yaitu kamu gak sendirian.

Ya, aku gak sedang sendirian menjalani hidup yang kayak gini. Ada banyak orang yang pernah, sedang, atau mungkin mengalami seperti yang aku rasakan, minimal mirip deh. Bahkan, sangat mungkin ada banyak orang yang lebih berat dirasakannya daripada yang aku rasakan.

At least, intinya adalah aku harus lebih kuat lagi dan lagi dari sebelumnya. Menjadi diri sendiri, menerima diri dan membuka diri untuk sebuah perubahan baru, perubahan yang lebih baik. Bersamaan dengan waktu Indonesia baru bersama dengan pemimpin baru yang cukup bersejarah ini. Aku pun siap lebih kuat lagi. Harus siap! Keep doing something. Don't stop dreaming. Be strong and very courageous. 

Thursday, March 6, 2014

I love kiddos

Memikirkan judul ini lansung terlintaslah di benakku, tingkah-tingkah lucu, unik, menggemaskan anak-anak muridku. Bahkan bukan sampai disitu saja tapi juga membuat rasa penasaran yang semakin bertambah di dalamku. 


Anak-anak selalu di kenal dengan dunia bermain. Namun, bermain bagi mereka itu adalah belajar, bereksplorasi. Anak-anak akan belajar kehidupan melalu bermain. Belajar banyak hal melalui bermain.

Dan bagiku, dunia anak juga mengajarkanku banyak hal akan kehidupan ini. Anak-anak itu apa adanya. Mereka tak perlu melukis luar mereka dengan begitu rupa, karena dari dalam mereka memunculkan luar mereka. Kalau mereka lapar, mereka akan tunjukkan lapar,

I do what I love, I love what I do

Pernah seorang berkata kepadaku, kalau aku melihat anak-anak seperti orang lain yang sedang menemukan berlian atau undian, begitulah ekspersi kebahagiaan, mata berbinar dariku ketika aku menemukan anak-anak di sekitarku.

Tak tahu sejak kapan aku mulai menyukai anak-anak dan dunianya. Tapi aku semakin menyadari bahwa setiap orang punya bakat dan bagian masing-masing, termasuk aku. Masa kecilku bisa dibilang sempurna, sempurna dengan dengan kisah suka dan duka. Sebuah kisah masa kecil yang mungkin bukan yang diharapkan oleh banyak orang. Aku pernah merasakan di manja, diajarkan banyak hal postif, disanjung dan dimotivasi. Aku pernah juga merasakan sakit dan trauma mulai dari hal lucu sampai yang menyeramkan. Pernah, suatu kali ketika aku datang cepat diantar oleh ayahku ke sekolah dan sama sekali belum ada yang datang, aku dikejar-kejar angsa sambil berlari dan menangis sekuat tenagaku yang membuatku setiap kali melihat angsa aku masih takut sampai sekarang. Aku juga pernah mengalami trauma yang sangat menyeramkan, aku pernah hampir diperkosa oleh saudara kandung tetanggaku. Dan paling membuat hidupku berubah adalah, ketika ayahku harus di panggil oleh Sang Pencipta.

Bagai mimpi rasanya, aku selalu berharap ayahku sedang pergi kerja yang jauh dan suatu saat akan kembali lagi. Memang pekerjaan ayahku adalah seorang nahkoda, pelayar dan tentu saja jelas diingatanku dia sering pergi bekerja dan akan pulang ke rumah dengan membawakan mainan baru untukku. Namun, sampai usiaku yang dewasa ini ternyata dia tak pernah pulang dan memang tak akan pernah kembali lagi.

Setiap peristiwa di masa kecil memang akan sangat membekas dan membentuk pribadi setiap insan. Namanya, anak-anak yang masih belum dewasa, belum memiliki filter menyaring mana yang baik dan buruk. Anak-anak tak pernah mengatur apa yang harus direkam dan apa yang tidak boleh direkam. Inilah ciri khas seoarang anak yang pertama-tama aku pelajari, anak dengan ketulusannya akan merekam semua yang terjadi, apa yang dia lihat, dia dengar, dia alami secara otomatis tanpa diatur.

Merasa bosan dengan pekerjaan adminitrasi di kantor tempat kerjaku sebelumnya dan karena beberapa hal mengajarku berani meninggalkan dan berani mengambil resiko untuk mengejar mimpi. Saat itu aku keluar tanpa kepastian seperti apa aku depannya, hanya harapku aku akan bekerja yang aku akan mencintainya setiap hari. Bekerja dengan passion mungkin lebih tepatnya. 

Hanya dengan obrolan-obrolan iseng namun membawaku kepada gerbang mimpi. Aku pun punya kesempatan untuk melamar di dunia anak, menjadi tenaga pengajar pendidikan anak usia dini. Mencoba mengikuti proses,  seleksi berkas, psikotest dan tes-tes lainnya aku pun dinyatakan lulus dan dapat melanjutkan ke training berikutnya. Seminggu mengikuti training dari pagi sampai malam aku sama sekali tak pernah bosan, aku begitu antusias. Aku menemukan duniaku, menemukan orang-orang dengan mimpi yang sama. Sampai-sampai saat aku ditanya hal berharga apa yang aku pelajari saat training adalah dulu sebelum aku mengikuti training aku pesimis bahkan mati rasa ketika membayangkan masa depan bangsa ini. Tapi setelah training yang aku ikuti ini aku kembali optimis bahwa masih ada harapan bagi bangsa ini. Anak-anak yang berbakat kelak akan bertumbuh membawa perubahan dan kemajuan di bangsa tercinta ini.

Satu tahun setengah sudah aku mengjerjakan panggilan ini, panggilan di dunia anak. Belum pernah sekalipun aku merasa tak tahu mau apa aku bekerja. Karena jelas di dalam diri ini untuk apa aku berkerja. Kadang, ketika kondisi yang hujan badai dan malas datang menghantuiku. Namun ketika aku melihat senyum murid-muridku, mendengar mereka memanggilku langsung hati ini kembali segar. Tak kuasa hati ini menyia-nyiakan anugrah dan kesemempatan mempengaruhi mereka dan kelak mempengaruhi dunia. Tak jarang terlintas, kan hasilnya tidak bisa aku lihat dan rasakan dengan segera namun aku yakin pasti akan terlihat hasilnya, mungkin 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi atau saat aku pun tak punya kesempatan melihatnya namun dunia pasti punya kesempatan merasakannya.

Sungguh anugrah Tuhan yang luar biasa bagiku, setiap hari aku belajar hal-hal yang baru dari dunia anak, mengembangkan hal-hal baru, berpikir dan mencoba memecahkan masalah-masalah baru. 

Tuesday, February 18, 2014

Teman Hidup

Akhir-akhir ini ada sebuah lagu yang aku sangat suka dengarinnya. Selain musiknya yang easy listening tapi lirik lagunya juga oke banget. Sangat cocok dengan yang aku harapkan, touching me banget. Padahal beberapa waktu yang lalu aku sempat trauma loh dengan lagu-lagu yang ada cinta-cintaanya. Biasalah lagi galau, putus cinta. Hahaha

Ini dia lirik lagunya :

Dia indah meretas gundahDia yang selama ini ku nantiMembawa sejuk, memanja rasaDia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenangBersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmuKau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenangBersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Bila di depan nantiBanyak cobaan untuk kisah cinta kitaJangan cepat menyerahKau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmuKau jiwa yang selalu aku puja

*Suatu saat lagu ini akan kunyanyikan untuk orang tepat :D

Bertahan SATU CINTA

Pertama kali membaca judul tulisan ini mungkin langsung terbersit sebuah penggalan lirik lagu. Saya pun kurang tahu pasti siapa penyanyinya, hanya memang sering kali lagu itu terdengar beberapa waktu yang lalu. entah itu di angkutan umum di kota saya, ataupun tetangga-tetangga komplek rumah kontrakan saya. Dan karena saya juga tidak tahu jelas tentang lagu itu tentulah saya sama sekali tak akan membahas lagunya.

Bicara tentang cinta biasanya telinga semua orang langsung peka, apalagi ini di kalangan anak-anak muda (ababil-red). Wajarlah, biasanya di umur perpindahan anak-anak ke dewasa, yang sering disebut masa muda ini akan mengalami masa-masa jatuh cinta kepada lawan jenis.

Sama halnya seperti yang seperti saya rasakan, masa muda dipenuhi dengan debar-debar halus (DDH) sampai debar-debar kasar (DDK). Mulai merasakan uniknya jatuh cinta. Sampailah ke sebuah saat dimana saya merasa sudah menambatkan hati ke satu pilihan, seseorang yang cukup lama merajai hati ini. Namun, namanya juga cinta remaja, belum abadi dan berakhir di saat saya sudah duduk di perguruan tinggi.

Setahun berlalu, mulailah seorang pangeran hati merasuki hidupku. Setelah sedikit ujian waktu dan ujian kepercayaan saya pun memutuskan menjadikannya pilihan terbaikku. Ujian jarak, waktu, karakter, kondisi bertubi-tubi sempat datang mengganggu kami dan tak mampu merobohkan selama 4 tahun. Namun sampailah di sebuah kondisi kami harus mengakhirinya.

Sebuah kondisi yang pelik bagiku, tak ada lagi orang yang harus ku tunggu teleponnya setiap waktu, tak ada lagi orang yang harus kutanya pendapatnya, tak ada lagi orang menjadi teman barbagiku. Kini, semua ku hadapi sendiri karena bagaimana pun teman bahkan sahabat tak akan dapat menggantikan posisinya. Terlalu banyak kebiasaan yang sudah berubah sekarang.

Adalagi yang memperparah kondisi aneh ini, ketika ada pertanyaan : masih sama dia kan? Kenapa?Kog bisa sih? Jujur, pertanyaan-pertanyaan itu selelu membuatku meragu akan keputusan kami. Karena mungkin bagi kebanyakan orang, aku cukup aneh karena tidak mempertahankan hubungan kami. Namun, sebuah kegelisahan hati yang tak dapat kututupi, ada yang tak layak aku perjuangankan. Maaf kalau ini membuat banyak orang bingung. Tapi keputusanku untuk menghargai perasaanku, menghargai hidupku, menghargai Tuhanku itulah yang terbaik bagiku.

Berkahirnya kisah cintaku dengannya merupakan bukti ketaatan dan kesungguhan cintaku kepada penciptaku, Tuhanku. Mungkin saat ini aku belum menekukan satu hati untuk aku bertahan di hadapan manusia. Tapi sebenarnya aku bertahan satu hati dihadapanNya. Sampai aku menemukan orang yang tepat, yang aku dan dia sama-sama bertahan di satu hati, hatiNya.

Saya berharap ketika waktunya tiba, saya tidak menyesal menikah umur sekian karena itu waktu yang tepat untuk saya menemukan orang yang tepat. Saya tidak akan menyesal saat saya menyakini dia orang yang tepat umur sekian karena itu memang waktu yang tepat bagi orang yang tepat. Tidak ada kata penyesalan untuk sebuah cinta abadi, bertahan di satu cinta.


Saturday, February 1, 2014

Month of Love, Month of Hope

Tak terasa satu bulan telah berlalu. Bulan pertama di tahun ini pun diakhiri dengan hari raya Cina atau sering disebut imlek. Namanya tahun baru, biasanya dipenuhi dengan harapan baru, resolusi dan doa-doa untuk kedepannya. Mimpi baru dengan  perjuangan yang keras untuk mencapai mimpi seperti kuda yang dikenal harus lari kencang, selayaknya tahun baru Cina ini disebut-sebut dengan tahun kuda.

Mengakhiri malam terakhir di bulan pertama di tahun ini dengan ucapan syukur untuk kemurahan Tuhan yang menemani dalam masa-masa sukar dan kesendirianku. 

Setelah subuh pertama di bulan ke dua ini menyambutku, aku melihat berbagai jejaring sosial di gadgetku. Semuanya dipenuhi dengan updatean tentang menyambut bulan ke dua ini, bulan penuh cinta katanya. Wajarlah karena di bulan ini seluruh dunia merayakan hari kasih sayang, tentu saja  banyak orang tak mau ketinggalan. Ada yang bilang, kalau hari kasih sayang itu bukan cuman sekali, tapi setiap hari seperti kata salah seorang sahabatku. Tapi menurutku memang benar berbagi kasih sayang itu harusnya tiap hari, tapi kan sangat wajar bagiku kalau kita menetapkan satu hari khusus untuk merayakannya, menghargainya.

Datangnya bulan kedua ini menegaskan bahwa sebulan telah sudah berlalu. Menjadi pertanyaan sekaligus perenungan adalah bagaimana resolusi yang telah kita buat awal tahun 2014 ini sudah kita kerjakan. Waktu terus bergulir bisa jadi tak terasa juga nanti tahun ini kan terlalui tanpa terasa dengan melupakan semua mimpi-mimpi di awal tahun.