Tuesday, February 18, 2014

Teman Hidup

Akhir-akhir ini ada sebuah lagu yang aku sangat suka dengarinnya. Selain musiknya yang easy listening tapi lirik lagunya juga oke banget. Sangat cocok dengan yang aku harapkan, touching me banget. Padahal beberapa waktu yang lalu aku sempat trauma loh dengan lagu-lagu yang ada cinta-cintaanya. Biasalah lagi galau, putus cinta. Hahaha

Ini dia lirik lagunya :

Dia indah meretas gundahDia yang selama ini ku nantiMembawa sejuk, memanja rasaDia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenangBersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmuKau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenangBersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Bila di depan nantiBanyak cobaan untuk kisah cinta kitaJangan cepat menyerahKau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmuKau jiwa yang selalu aku puja

*Suatu saat lagu ini akan kunyanyikan untuk orang tepat :D

Bertahan SATU CINTA

Pertama kali membaca judul tulisan ini mungkin langsung terbersit sebuah penggalan lirik lagu. Saya pun kurang tahu pasti siapa penyanyinya, hanya memang sering kali lagu itu terdengar beberapa waktu yang lalu. entah itu di angkutan umum di kota saya, ataupun tetangga-tetangga komplek rumah kontrakan saya. Dan karena saya juga tidak tahu jelas tentang lagu itu tentulah saya sama sekali tak akan membahas lagunya.

Bicara tentang cinta biasanya telinga semua orang langsung peka, apalagi ini di kalangan anak-anak muda (ababil-red). Wajarlah, biasanya di umur perpindahan anak-anak ke dewasa, yang sering disebut masa muda ini akan mengalami masa-masa jatuh cinta kepada lawan jenis.

Sama halnya seperti yang seperti saya rasakan, masa muda dipenuhi dengan debar-debar halus (DDH) sampai debar-debar kasar (DDK). Mulai merasakan uniknya jatuh cinta. Sampailah ke sebuah saat dimana saya merasa sudah menambatkan hati ke satu pilihan, seseorang yang cukup lama merajai hati ini. Namun, namanya juga cinta remaja, belum abadi dan berakhir di saat saya sudah duduk di perguruan tinggi.

Setahun berlalu, mulailah seorang pangeran hati merasuki hidupku. Setelah sedikit ujian waktu dan ujian kepercayaan saya pun memutuskan menjadikannya pilihan terbaikku. Ujian jarak, waktu, karakter, kondisi bertubi-tubi sempat datang mengganggu kami dan tak mampu merobohkan selama 4 tahun. Namun sampailah di sebuah kondisi kami harus mengakhirinya.

Sebuah kondisi yang pelik bagiku, tak ada lagi orang yang harus ku tunggu teleponnya setiap waktu, tak ada lagi orang yang harus kutanya pendapatnya, tak ada lagi orang menjadi teman barbagiku. Kini, semua ku hadapi sendiri karena bagaimana pun teman bahkan sahabat tak akan dapat menggantikan posisinya. Terlalu banyak kebiasaan yang sudah berubah sekarang.

Adalagi yang memperparah kondisi aneh ini, ketika ada pertanyaan : masih sama dia kan? Kenapa?Kog bisa sih? Jujur, pertanyaan-pertanyaan itu selelu membuatku meragu akan keputusan kami. Karena mungkin bagi kebanyakan orang, aku cukup aneh karena tidak mempertahankan hubungan kami. Namun, sebuah kegelisahan hati yang tak dapat kututupi, ada yang tak layak aku perjuangankan. Maaf kalau ini membuat banyak orang bingung. Tapi keputusanku untuk menghargai perasaanku, menghargai hidupku, menghargai Tuhanku itulah yang terbaik bagiku.

Berkahirnya kisah cintaku dengannya merupakan bukti ketaatan dan kesungguhan cintaku kepada penciptaku, Tuhanku. Mungkin saat ini aku belum menekukan satu hati untuk aku bertahan di hadapan manusia. Tapi sebenarnya aku bertahan satu hati dihadapanNya. Sampai aku menemukan orang yang tepat, yang aku dan dia sama-sama bertahan di satu hati, hatiNya.

Saya berharap ketika waktunya tiba, saya tidak menyesal menikah umur sekian karena itu waktu yang tepat untuk saya menemukan orang yang tepat. Saya tidak akan menyesal saat saya menyakini dia orang yang tepat umur sekian karena itu memang waktu yang tepat bagi orang yang tepat. Tidak ada kata penyesalan untuk sebuah cinta abadi, bertahan di satu cinta.


Saturday, February 1, 2014

Month of Love, Month of Hope

Tak terasa satu bulan telah berlalu. Bulan pertama di tahun ini pun diakhiri dengan hari raya Cina atau sering disebut imlek. Namanya tahun baru, biasanya dipenuhi dengan harapan baru, resolusi dan doa-doa untuk kedepannya. Mimpi baru dengan  perjuangan yang keras untuk mencapai mimpi seperti kuda yang dikenal harus lari kencang, selayaknya tahun baru Cina ini disebut-sebut dengan tahun kuda.

Mengakhiri malam terakhir di bulan pertama di tahun ini dengan ucapan syukur untuk kemurahan Tuhan yang menemani dalam masa-masa sukar dan kesendirianku. 

Setelah subuh pertama di bulan ke dua ini menyambutku, aku melihat berbagai jejaring sosial di gadgetku. Semuanya dipenuhi dengan updatean tentang menyambut bulan ke dua ini, bulan penuh cinta katanya. Wajarlah karena di bulan ini seluruh dunia merayakan hari kasih sayang, tentu saja  banyak orang tak mau ketinggalan. Ada yang bilang, kalau hari kasih sayang itu bukan cuman sekali, tapi setiap hari seperti kata salah seorang sahabatku. Tapi menurutku memang benar berbagi kasih sayang itu harusnya tiap hari, tapi kan sangat wajar bagiku kalau kita menetapkan satu hari khusus untuk merayakannya, menghargainya.

Datangnya bulan kedua ini menegaskan bahwa sebulan telah sudah berlalu. Menjadi pertanyaan sekaligus perenungan adalah bagaimana resolusi yang telah kita buat awal tahun 2014 ini sudah kita kerjakan. Waktu terus bergulir bisa jadi tak terasa juga nanti tahun ini kan terlalui tanpa terasa dengan melupakan semua mimpi-mimpi di awal tahun.