Thursday, March 6, 2014

I love kiddos

Memikirkan judul ini lansung terlintaslah di benakku, tingkah-tingkah lucu, unik, menggemaskan anak-anak muridku. Bahkan bukan sampai disitu saja tapi juga membuat rasa penasaran yang semakin bertambah di dalamku. 


Anak-anak selalu di kenal dengan dunia bermain. Namun, bermain bagi mereka itu adalah belajar, bereksplorasi. Anak-anak akan belajar kehidupan melalu bermain. Belajar banyak hal melalui bermain.

Dan bagiku, dunia anak juga mengajarkanku banyak hal akan kehidupan ini. Anak-anak itu apa adanya. Mereka tak perlu melukis luar mereka dengan begitu rupa, karena dari dalam mereka memunculkan luar mereka. Kalau mereka lapar, mereka akan tunjukkan lapar,

I do what I love, I love what I do

Pernah seorang berkata kepadaku, kalau aku melihat anak-anak seperti orang lain yang sedang menemukan berlian atau undian, begitulah ekspersi kebahagiaan, mata berbinar dariku ketika aku menemukan anak-anak di sekitarku.

Tak tahu sejak kapan aku mulai menyukai anak-anak dan dunianya. Tapi aku semakin menyadari bahwa setiap orang punya bakat dan bagian masing-masing, termasuk aku. Masa kecilku bisa dibilang sempurna, sempurna dengan dengan kisah suka dan duka. Sebuah kisah masa kecil yang mungkin bukan yang diharapkan oleh banyak orang. Aku pernah merasakan di manja, diajarkan banyak hal postif, disanjung dan dimotivasi. Aku pernah juga merasakan sakit dan trauma mulai dari hal lucu sampai yang menyeramkan. Pernah, suatu kali ketika aku datang cepat diantar oleh ayahku ke sekolah dan sama sekali belum ada yang datang, aku dikejar-kejar angsa sambil berlari dan menangis sekuat tenagaku yang membuatku setiap kali melihat angsa aku masih takut sampai sekarang. Aku juga pernah mengalami trauma yang sangat menyeramkan, aku pernah hampir diperkosa oleh saudara kandung tetanggaku. Dan paling membuat hidupku berubah adalah, ketika ayahku harus di panggil oleh Sang Pencipta.

Bagai mimpi rasanya, aku selalu berharap ayahku sedang pergi kerja yang jauh dan suatu saat akan kembali lagi. Memang pekerjaan ayahku adalah seorang nahkoda, pelayar dan tentu saja jelas diingatanku dia sering pergi bekerja dan akan pulang ke rumah dengan membawakan mainan baru untukku. Namun, sampai usiaku yang dewasa ini ternyata dia tak pernah pulang dan memang tak akan pernah kembali lagi.

Setiap peristiwa di masa kecil memang akan sangat membekas dan membentuk pribadi setiap insan. Namanya, anak-anak yang masih belum dewasa, belum memiliki filter menyaring mana yang baik dan buruk. Anak-anak tak pernah mengatur apa yang harus direkam dan apa yang tidak boleh direkam. Inilah ciri khas seoarang anak yang pertama-tama aku pelajari, anak dengan ketulusannya akan merekam semua yang terjadi, apa yang dia lihat, dia dengar, dia alami secara otomatis tanpa diatur.

Merasa bosan dengan pekerjaan adminitrasi di kantor tempat kerjaku sebelumnya dan karena beberapa hal mengajarku berani meninggalkan dan berani mengambil resiko untuk mengejar mimpi. Saat itu aku keluar tanpa kepastian seperti apa aku depannya, hanya harapku aku akan bekerja yang aku akan mencintainya setiap hari. Bekerja dengan passion mungkin lebih tepatnya. 

Hanya dengan obrolan-obrolan iseng namun membawaku kepada gerbang mimpi. Aku pun punya kesempatan untuk melamar di dunia anak, menjadi tenaga pengajar pendidikan anak usia dini. Mencoba mengikuti proses,  seleksi berkas, psikotest dan tes-tes lainnya aku pun dinyatakan lulus dan dapat melanjutkan ke training berikutnya. Seminggu mengikuti training dari pagi sampai malam aku sama sekali tak pernah bosan, aku begitu antusias. Aku menemukan duniaku, menemukan orang-orang dengan mimpi yang sama. Sampai-sampai saat aku ditanya hal berharga apa yang aku pelajari saat training adalah dulu sebelum aku mengikuti training aku pesimis bahkan mati rasa ketika membayangkan masa depan bangsa ini. Tapi setelah training yang aku ikuti ini aku kembali optimis bahwa masih ada harapan bagi bangsa ini. Anak-anak yang berbakat kelak akan bertumbuh membawa perubahan dan kemajuan di bangsa tercinta ini.

Satu tahun setengah sudah aku mengjerjakan panggilan ini, panggilan di dunia anak. Belum pernah sekalipun aku merasa tak tahu mau apa aku bekerja. Karena jelas di dalam diri ini untuk apa aku berkerja. Kadang, ketika kondisi yang hujan badai dan malas datang menghantuiku. Namun ketika aku melihat senyum murid-muridku, mendengar mereka memanggilku langsung hati ini kembali segar. Tak kuasa hati ini menyia-nyiakan anugrah dan kesemempatan mempengaruhi mereka dan kelak mempengaruhi dunia. Tak jarang terlintas, kan hasilnya tidak bisa aku lihat dan rasakan dengan segera namun aku yakin pasti akan terlihat hasilnya, mungkin 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi atau saat aku pun tak punya kesempatan melihatnya namun dunia pasti punya kesempatan merasakannya.

Sungguh anugrah Tuhan yang luar biasa bagiku, setiap hari aku belajar hal-hal yang baru dari dunia anak, mengembangkan hal-hal baru, berpikir dan mencoba memecahkan masalah-masalah baru.