Thursday, January 15, 2015

Menulislah

Setelah otak menyerah berpikir, emosi semakin labil, sore ini aku memutuskan segeralah menulis. Ditemani udara yang tergolong sejuk di kota ini, serta rintik-rintik hujan yang sedang membasahi bumi sore ini.

Ahhhh... Tak tahu rasanya ingin mulai dari mana, sudah terlalu banyak yang aku lewatkan. Butuh keberanian untuk mengakuinya kepada dunia, butuh ketegaran untuk melewatinya, butuh keteguhan untuk dapat menjalaninya. Sebuah perjalanan yang panjang, awal tahun yang berat. Semua mimpi seakan sirna, lenyap bersama kabar yang terus menghantuiku dan ribuan pertanyaan orang yang terus menghampiriku.

Ya, sebuah keputusan realistis yang diambil olehnya. Tak maksud hati menjustifikasi, apalagi menyalahkan. Aku pun bukan orang yang sedang dalam bagian kisah hidupnya (lagi). Keputusan yang harusnya jadi kabar sukacita bagiku menjadi penghancur mimpiku. Bagiku, dialah orang yang menginspirasiku mengejar mimpi tapi entah kenapa seakan hilang segala inspirasi karena keputusannya itu. Padahal dia tidak sedang berhenti mengejar mimpinya. Arrgggghh, aku pun harus realistis.

Realistis mengejar mimpi tanpanya, realistis menapaki hidup tanpanya, realistis kalau aku bukan siapa-siapa lagi atau bahkan tak pernah baginya. Doa dan harapanku tak pernah jauh darinya. Hanya mimpi ini tak akan lagi bersamanya.