Tuesday, February 18, 2014

Bertahan SATU CINTA

Pertama kali membaca judul tulisan ini mungkin langsung terbersit sebuah penggalan lirik lagu. Saya pun kurang tahu pasti siapa penyanyinya, hanya memang sering kali lagu itu terdengar beberapa waktu yang lalu. entah itu di angkutan umum di kota saya, ataupun tetangga-tetangga komplek rumah kontrakan saya. Dan karena saya juga tidak tahu jelas tentang lagu itu tentulah saya sama sekali tak akan membahas lagunya.

Bicara tentang cinta biasanya telinga semua orang langsung peka, apalagi ini di kalangan anak-anak muda (ababil-red). Wajarlah, biasanya di umur perpindahan anak-anak ke dewasa, yang sering disebut masa muda ini akan mengalami masa-masa jatuh cinta kepada lawan jenis.

Sama halnya seperti yang seperti saya rasakan, masa muda dipenuhi dengan debar-debar halus (DDH) sampai debar-debar kasar (DDK). Mulai merasakan uniknya jatuh cinta. Sampailah ke sebuah saat dimana saya merasa sudah menambatkan hati ke satu pilihan, seseorang yang cukup lama merajai hati ini. Namun, namanya juga cinta remaja, belum abadi dan berakhir di saat saya sudah duduk di perguruan tinggi.

Setahun berlalu, mulailah seorang pangeran hati merasuki hidupku. Setelah sedikit ujian waktu dan ujian kepercayaan saya pun memutuskan menjadikannya pilihan terbaikku. Ujian jarak, waktu, karakter, kondisi bertubi-tubi sempat datang mengganggu kami dan tak mampu merobohkan selama 4 tahun. Namun sampailah di sebuah kondisi kami harus mengakhirinya.

Sebuah kondisi yang pelik bagiku, tak ada lagi orang yang harus ku tunggu teleponnya setiap waktu, tak ada lagi orang yang harus kutanya pendapatnya, tak ada lagi orang menjadi teman barbagiku. Kini, semua ku hadapi sendiri karena bagaimana pun teman bahkan sahabat tak akan dapat menggantikan posisinya. Terlalu banyak kebiasaan yang sudah berubah sekarang.

Adalagi yang memperparah kondisi aneh ini, ketika ada pertanyaan : masih sama dia kan? Kenapa?Kog bisa sih? Jujur, pertanyaan-pertanyaan itu selelu membuatku meragu akan keputusan kami. Karena mungkin bagi kebanyakan orang, aku cukup aneh karena tidak mempertahankan hubungan kami. Namun, sebuah kegelisahan hati yang tak dapat kututupi, ada yang tak layak aku perjuangankan. Maaf kalau ini membuat banyak orang bingung. Tapi keputusanku untuk menghargai perasaanku, menghargai hidupku, menghargai Tuhanku itulah yang terbaik bagiku.

Berkahirnya kisah cintaku dengannya merupakan bukti ketaatan dan kesungguhan cintaku kepada penciptaku, Tuhanku. Mungkin saat ini aku belum menekukan satu hati untuk aku bertahan di hadapan manusia. Tapi sebenarnya aku bertahan satu hati dihadapanNya. Sampai aku menemukan orang yang tepat, yang aku dan dia sama-sama bertahan di satu hati, hatiNya.

Saya berharap ketika waktunya tiba, saya tidak menyesal menikah umur sekian karena itu waktu yang tepat untuk saya menemukan orang yang tepat. Saya tidak akan menyesal saat saya menyakini dia orang yang tepat umur sekian karena itu memang waktu yang tepat bagi orang yang tepat. Tidak ada kata penyesalan untuk sebuah cinta abadi, bertahan di satu cinta.


0 comments:

Post a Comment