Apa yang menjadi judul tulisan
ini adalah sebuah senjata ampuh yang sering aku gunakan(dulu). Aku tak tahu
kapan tepatnya aku mulai sering aku gunakan kalimat ini. Kalau aku ingat ke
belakang, dulu waktu aku SMA aku sering dibecandain oleh teman-teman cowok di
SMAku (SMA N 4 Pematang Siantar-red). Sering kali mereka becanda sambil
mengejek-ejekku dan selalu yang menjadi jawabanku adalah “biar aja
begini-begini, aku kan berharga di mata-Nya”.
Kalau aku ingat-ingat kalimat ini
juga menjadi kekuatan di saatku minder. Seorang sangunis yang ternyata minder
juga, itulah aku. Misalnya saja, dulu kan tubuhku kecil (sampai sekarang
juga Hehe), aku langsung kelihatan berbeda dengan teman-teman dengan usia
sebayaku. Apalagi pada masa-masa pertumbuhan juga pubertas, aku merasa aku
berbeda dari yang lainnya mungkin lebih tepatnya terlambat (terlambat
menstruasi, dll) selain badanku yang kecil. Jadi, mungkin karena fisikku inilah
aku dulu sering minder.
Setelah aku SMA, lebih tepatnya
setelah aku mengenal siapa Allahku penyelamatku serta menerima Dia sebagai
juruselamatku aku pernah mencapai titik aku ternyata begitu berharga bagiNya.
Dia berdarah-darah demiku, menderita, menahan kesakitan yang seharusnya aku
yang ada di salib itu. Aku mulai mengingat beberapa talenta yang Tuhan (pernah)
berikan untukku dengan segala kelemahanku. Sejak kecil aku sudah (terlalu)
berani di depan umum tidak seperti teman seumuranku. Aku terbiasa membaca
puisi, bernyanyi solo di gereja (walaupun suara tidaklah bagus-bagus amat-red),
aku suka dan sering juara melukis dan mewarnai. Bahkan kalau aku ingat masa SD,
mamaku sering marah-marah karena katanya aku selalu sangat cepat menghabiskan
pensil warnaku ataupun clear warnaku. Aku juga sering menulis puisi-puisi
walaupun tak seindah Chairil Anwar, aku juga selalu juara 1 dari kelas 3 SD
sampai SMP kelas 3. Walaupun SMA aku gak lagi, hanya bisa masuk sepuluh besar
(ha ha). Aku juga seorang yang selalu aktif dalam organisasi mulai aku SD.
Yahhh...Aku berharga dimataNya,
di balik kekurangan dan kelemahanku, Dia juga menganugerahkan kelebihan bagiku
walaupun mungkin bagi orang lain itu bukanlah kelebihan.
Beberapa lamanya, bahkan beberapa
tahun aku sering melupakan kalimat- ayat alkitab- senjata ampuhku itu. Aku
bahkan tak menggubris kalimat itu lagi.
Suatu kali, aku pernah mengalami
titik terendah dalam hidupku, aku merasakan sakit yang sangat luar biasa
sakitnya. Aku mengalami sakit secara fisik dan jiwa sekaligus. Namun aku
bersyukur Tuhan memimpinku dengan jalanNya melalui tangan-tangan
perpanjanganNya. Aku menemukan jawaban bahwa aku masih sangatlah berharga di
mataNya dan aku memerlukanNya selalu. Dia tidak mau aku melupakan kasihNya, Dia
tak mau aku mengabaikanNya, sehingga sakit itu diijinkannya mengguncangku untuk
menempahku kembali datang kepadaNya, berserah kepadaNya dan mengingat betapa
Dia begitu mencintaiku. Sakit itu adalah bukti cintaNya bagiku. Agar aku
kembali di pangkuannya kasihNya, menghargai setiap karyaNya, menyaksikan setiap
perbuatanNya tiap-tiap waktu di hidupku. Dan sampai akhirnya imanku berkata
bahwa Dia juga sangat menghargai setiap masa di hidupku, termasuk di masa
depanku. Dengan imanku yang dipulihkan aku pun siap menapaki masa depan karena
Dia tak penah meninggalkanku, dan tentu saja bersama Dia aku akan merajut
kehidupan yang dianugerahkanNya bagiku. Semua karna “aku berharga di
mataNya” dan “Dia begitu mencintaiku”.
Dan bila aku berdiri
tegak sampai hari ini,
bukan karena kuat dan
hebatku..
Semua karena cinta..
Semua karena CINTANYA
bagiku...
Medan, 09 November 2011
0 comments:
Post a Comment