Friday, September 23, 2011

Kata Perenungan


Menonton televisi seharusnya dijadikan sebagai sarana pembelajaran, mencari informasi maupun sarana rekreasi. Tapi tak jarang juga ditemukan orang yang menjadikan menonton menjadi kesenangannya. Saya setuju jika menonton media elektronik televisi ini dijadikan hobbi jika saja digunakan berdasarkan fungsi yang sesungguhnya yang dapat membangun pemirsanya.

Bersyukur ketika ada siaran televisi yang dapat membangun pemirsanya. Contohnya siaran televisi yang saya senangi yaitu channel TV swasta lokal. Selain dari berita-berita yang disertai dengan solusi, drama-drama membangun yang bersifat memberi motivasi, kegiatan-kegiatan kemanusiaan, iklan-iklan yang ditawarkan dapat mendidik mental semua usia, siaran televisi ini juga sering memberikan kata-kata perenungan dalam kala waktu tertentu.

Suatu kali saya pernah menonton kata perenungan yang isinya “ daripada mencari keburukan orang lain, lebih baik mencari kelebihan orang lain dan mempelajarinya.” Saya cukup tersentak ketika merenungkannya. Setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda, tentu saja inilah yang membuat pergesekan pada manusia ketika bersosialisasi. Sering kali dalam melakukan suatu hubungan dengan orang-orang disekeliling kita, kita tidak setuju dengan karakternya, bahkan kita selalu mencari keburukannya dan menjadikan keburukannya alasan kita untuk tidak menerima dia.

Dengan kondisi yang kita memandang pada kebobrokan, keburukan orang lain yang terus menerus. Akhirnya kita lupa bahwa setiap manusia di dunia memang tidak ada yang sempurna, namun ada satu hal yang kita sering lupakan ditengah-tengah keburukan atau kelemahanya manusia juga memiliki kelebihan yang menjadi kekuatan manusia tersebut.

Perenungan ini juga membuat saya teringat pada firman Tuhan yang berkata”Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” (Amsal 27:17). Kalau kita memilih teman berhubungan hanya yang satu pendapat, pikiran dan karakter dengan kita, maka kita tidak dapat berkembang. Tidak ada yang dapat kita pelajari dari orang lain, seperti kelebihannya. Kita membutuhkan teman yang mengasihi kita apa adanya tetapi kita juga membutuhkan teman yang membagun kedewasaan karakter kita.

Suatu hari seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya membawa anak laki-laki kecilnya untuk mengelilingi suatu desa yang sangat miskin. Ia ingin menunjukkan begitu banyak orang miskin dan bagaimana penderitaan mereka dalam kemiskinannya kepada anaknya.

Setelah kembali dari kunjungan ke desa tersebut, ayahnya berkata kepada anakya, “bagaimana menurutmu perjalanan kita anakku?”. “Baik sekali ayah!”, jawab anaknya. Ayahnya pun bertanya lagi: “Apakah kau melihat begitu banyak orang miskin dan keadaan mereka?” “Ya”, jawab si anak kecil. Si ayah bertanya kembali,”Dan apa yang kau pelajari dari perjalan kita?”

Anaknya menjawab, “Aku melihat bahwa kita mempunyai satu ekor anjing di rumah dan mereka mempunyai empat ekor. Kita mempunyai sebuah kolam di tengah kebun, mereka mempunyai sungai yang sangat besar. Kita mempunyai halaman beberapa ratus kaki, mereka mempunyai seluruh kaki bukit”. Ketika si anak selesai menjawab ayahnya tidak dapat berkata apa-apa.

Seperti cara memandang anak kecil inilah hendaknya kita memandang kekurangan orang lain dengan tidak mencari keburukannya tapi pandanglah, carilah kebaikan orang itu dan pelajarilah.

Daripada mencari keburukan orang lain, lebih baik mencari kelebihan orang lain dan mempelajarinya.


Share

0 comments:

Post a Comment